Tuesday, January 11, 2011

Siapakah Ahlus Sunnah?

Penulis : Al Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An Nawawi,
Judul Asli: Siapakah Ahlus Sunnah?


MENGETAHUI CIRI-CIRI AHLUS-SUNNAH


Istilah Ahlus-Sunnah tentu tidak asing bagi kaum muslimin. Bahkan mereka semua mengaku sebagai Ahlus-Sunnah. Tapi siapakah Ahlus-Sunnah itu ? Dan siapa pula kelompok yang disebut Rasulullah sebagai orang-orang asing?

Telah menjadi ciri perjuangan dari iblis dan tentera-tenteranya yaitu terus berupaya mengelabui manusia; yang batil boleh menjadi hak dan sebaliknya, yang hak boleh menjadi batil. Sehingga ahli kebenaran boleh menjadi pelaku maksiat yang harus dimusuhi dan diisolir; dan sebaliknya, pelaku kemaksiatan boleh menjadi pemilik kebenaran yang harus dibela. Syi’ar pemecah belah ini merupakan ciri khas mereka dan mengganggu perjalanan manusia menuju Allah merupakan tujuan tertinggi mereka.

Tidak ada satupun pintu kecuali akan dilalui iblis dan tenteranya. Dan tidak ada satupun amalan kecuali akan dirosakkannya, minimalnya mengurangi nilai amalan tersebut di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Iblis mengatakan di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala : “Karena Engkau telah menyesatkanku maka aku akan benar-benar menghalangi mereka dari jalanMu yang lurus dan aku akan benar-benar mendatangi mereka dari arah depan dan belakang, dan samping kiri dan samping kanan.”, (Al-Quran Surah Al-A’raf : 17 )

Dalam upayanya mengelabui mangsanya, Iblis akan mengatakan bahwa ahli kebenaran itu adalah orang yang harus dijauhi dan dimusuhi, dan kebenaran itu menjadi sesuatu yang harus ditinggalkan, dan dia mengatakan : “Sehingga Engkau ya Allah menemukan kebanyakan mereka tidak bersyukur.” (Al-Quran Surah Al-A’raf : 17)

Demikian halnya yang terjadi pada istilah Ahlus-Sunnah wal Jamaah. Istilah ini lebih melekat pada gambaran orang-orang yang banyak beribadah dan orang-orang yang berpemahaman sufi. Tak cuma itu, semua kelompok yang ada di tengah kaum muslimin juga mengaku sebagai Ahlus-Sunnah wal Jamaah. Walhasil, nama Ahlus-Sunnah menjadi rebutan orang. Mengapa demikian? Apakah keistimewaan Ahlus-Sunnah sehingga harus diperebutkan? Dan siapakah mereka sesungguhnya?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus merujuk kepada keterangan Rasulullah s.a.w. dan ulama salaf dalam menentukan siapakah mereka yang sebenarnya dan apa ciri-ciri khas mereka. Jangan sampai kita yang digambarkan dalam sebuah sya’ir :

Semua mengaku telah meraih tangan Laila, Dan Laila tidak mengakui yang demikian itu.

Bahwa tidak ada maknanya kalau hanya sebatas pengakuan, sementara dirinya jauh dari kenyataan.

Secara fitrah dan akal dapat kita bayangkan, sesuatu yang diperebutkan tentu memiliki keistimewaan dan nilai tersendiri. Dan sesuatu yang diakuinya, tentu memiliki makna jika mereka berlambang dengannya. Mereka mengakui bahwa Ahlus-Sunnah adalah pemilik kebenaran. Buktinya, setelah mereka memakai nama tersebut, mereka tidak akan ridha untuk dikatakan sebagai ahli bid’ah dan memiliki jalan yang salah. Bahkan mengatakan bahwa dirinya merupakan pemilik kebenaran tunggal sehingga yang lain adalah salah. Mereka tidak sadar, kalau pengakuannya tersebut merupakan langkah untuk membongkar kedoknya sendiri dan memperlihatkan kebatilan jalan mereka. Yang akan mengetahui hal yang demikian itu adalah yang melek dari mereka.


AS-SUNNAH

Berbicara tentang As-Sunnah secara bahasa dan istilah sangat penting sekali. Di samping untuk mengetahui hakikatnya, juga untuk mengeluarkan mereka yang mengakui sebagai Ahlus-Sunnah. Mendefinisikan As-Sunnah ditinjau dari beberapa sisi yaitu sisi bahasa, syari’at dan generasi yang pertama, ahlul hadits, ulamak usul, dan ahli fiqih.


AS-SUNNAH MENURUT BAHASA

As-Sunnah menurut bahasa adalah As-Sirah (perjalanan), baik yang buruk ataupun yang baik. Khalid bin Zuhair Al Hudzali berkata :

"Jangan kamu sekali-kali gelisah kerana jalan yang kamu tempuh, Keridhaan itu ada pada jalan yang dia tempuh sendiri".


AS-SUNNAH MENURUT SYARI'AT DAN GENERASI YANG PERTAMA

Apabila terdapat kata sunnah dalam hadis Rasulullah atau dalam ucapan para sahabat dan tabi’in, maka yang dimaksud adalah makna yang mencakup dan umum. Mencakup hukum-hukum baik yang berkaitan langsung dengan keyakinan atau dengan amal, apakah hukumnya wajib, sunnah atau boleh.

Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam kitab Fathul-Bari 10/341 berkata : “Telah tetap bahwa kata sunnah apabila terdapat dalam hadis Rasulullah, maka yang dimaksud bukan sunnah sebagai lawan wajib (Apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila di tinggalkan tidak akan berdosa, pent.).”

Ibnu ‘Ajlan dalam kitab Dalilul-Falihin 1/415 ketika beliau mensyarah hadis "Fa’alaikum Bisunnati", berkata : “Artinya jalanku dan langkahku yang aku berjalan di atasnya dari apa-apa yang aku telah rincikan kepada kalian dari hukum-hukum i’tiqad (keyakinan), dan amalan-amalan baik yang wajib, sunnah, dan sebagainya”.

Imam Son’ani berkata dalam kitab Subulus Salam 1/187, ketika beliau mensyarah hadis Abu Sa’id Al-Khudri : “di dalam hadis tersebut disebutkan kata ‘Ashobta As Sunnah’, yaitu jalan yang sesuai dengan syari’at”.

Demikianlah kalau kita ingin meneliti nas-nas yang menyebutkan kata “As-Sunnah”, maka akan jelas apa yang dimahukan dengan kata tersebut yaitu : “Jalan yang terpuji dan langkah yang diridhai yang telah dibawa oleh Rasulullah. Dari sini jelaslah kekeliruan orang-orang yang menisbahkan diri kepada ilmu yang menafsirkan kata sunnah dengan istilah ulama fiqih sehingga mereka terjebak dalam kesalahan yang fatal.


AS-SUNNAH MENURUT AHLI HADIS

As-Sunnah menurut jumhur ahli hadis adalah sama dengan hadts yaitu : “Apa-apa yang diriwayatkan dari Rasulullah baik berbentuk ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat baik khalqiyah (bentuk) atau khuluqiyah (akhlak)".


AS-SUNNAH MENURUT AHLI ASUL FIQH

Menurut Ahli Usul Fiqih, As-Sunnah adalah dasar dari dasar-dasar hukum syaria’at dan juga dalil-dalilnya.

Al-Amidy dalam kitab Al-Ihkam 1/169 mengatakan : “Apa-apa yang datang dari Rasulullah dari dalil-dalil syari’at yang bukan dibaca dan bukan pula mu’jizat atau masuk dalam katagori mu’jizat”.


AS-SUNNAH DI SISI ULAMAK FIQH

As-Sunnah di sisi mereka adalah apa-apa yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.

Di sini boleh dilihat, mereka yang mengaku sebagai ahlus-sunnah, , tidak memiliki dalil yang jelas sedikitpun dan tidak memiliki rujukan, hanya sebatas simbol yang sudah usang. Jika mereka memakai istilah syari'at dan generasi pertama, mereka benar-benar telah sangat jauh. Jika mereka memakai istilah ahli fiqih niscaya mereka akan bertentangan dengan banyak permasalahan. Jika mereka memakai istilah ulama usul merekapun tidak akan menemukan jawabannya. Jika mereka memakai istilah ulamak hadis sungguh mereka tidak memilki peluang untuk mempergunakan istilah mereka. Tinggal istilah bahasa yang tidak boleh dijadikan sebagai hujjah dalam melangkah, terlebih menghalalkan sesuatu atau mengharamkannya.


SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH

Ahlu-Sunnah memiliki ciri-ciri yang sangat jelas di mana ciri-ciri itulah yang menunjukkan hakikat mereka.

1. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah dan jalan para sahabatnya, yang menyandarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus-solih yaitu pemahaman generasi pertama umat ini dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi setelah mereka. Rasulullah bersabda :

“ Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka.” (Hadis Riwayat. Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

2. Mereka kembalikan segala bentuk perselisihan yang terjadi di kalangan mereka kepada Al-Quran dan As-Sunnah dan siap menerima apa-apa yang telah diputuskan oleh Allah dan Rasulullah. Firman Allah :

“Maka jika kalian berselisih dalam satu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Ar-Rasul jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan yang demikian itu adalah baik dan lebih baik akibatnya”. (Al-Quran Surah An-Nisak : 59)

“Tidak pantas bagi seorang mukmin dan mukminat apabila Allah dan RasulNya memutuskan suatu perkara untuk mereka, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata". (Al-Quran Surah Al-Ahzab : 36)

3. Mereka mendahulukan ucapan Allah dan Rasul daripada ucapan selain keduanya. Firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendahulukan (ucapan selain Allah dan Rasul ) terhadap ucapan Allah dan Rasul dan bertaqwalah kalian kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Quran Surah Al-Hujurat : 1)

4. Menghidupkan sunnah Rasulullah baik dalam ibadah mereka, akhlak mereka, dan dalam semua sendi kehidupan, sehigga mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya. Rasulullah bersabda tetang mereka :

“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.” (Hadis Riwayat Muslim dari hadis Abu Hurairah dan Ibnu Umar r.a.)

5. Mereka adalah orang-orang yang sangat jauh dari sifat fanatisme golongan. Dan mereka tidak fanatisme kecuali kepada Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Imam Malik mengatakan : “Tidak ada seorangpun setelah Rasulullah yang ucapannya boleh diambil dan ditolak kecuali ucapan beliau”.

6. Mereka adalah orang-orang yang menyeru segenap kaum muslimin agar bepegang dengan sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabatnya.

7. Mereka adalah orang-oang yang memikul amanat amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai dengan apa yang dimahukan Allah dan RasulNya. Dan mereka mengingkari segala jalan bid’ah (lawannya sunnah) dan kelompok-kelompok yang akan mencabik-cabik barisan kaum muslimin.

8. Mereka adalah orang-orang yang mengingkari undang-undang yang dibuat oleh manusia yang menyelisihi undang-undang Allah dan Rasulullah.

9. Mereka adalah orang-orang yang siap memikul amanat jihad fi sabilillah apabila agama menghendaki yang demikian itu.

Syaikh Rabi’ dalam kitab beliau Makanatu Ahli Al Hadis hal. 3-4 berkata : “Mereka adalah orang-orang yang menempuh manhaj (metodologi)-nya para sahabat dan tabi’in dalam berpegang terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menggigitnya dengan gigi geraham mereka. Mendahulukan keduanya atas setiap ucapan dan petunjuk, kaitannya dengan aqidah, ibadah, mu’amalat, akhlaq, politik, maupun, persatuan. Mereka adalah orang-orang yang kokoh di atas prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya sesuai dengan apa yang diturunkah Allah kepada hamba dan RasulNya Muhammad s.a.w.. Mereka adalah orang-orang yang tampil untuk berdakwah dengan penuh semangat dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah para pembawa ilmu nabawi yang melumatkan segala bentuk penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, kerancuan para penyesat dan takwil jahilin. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengintai setiap kelompok yang menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidah (Syi’ah), Murji’ah, Qadariyah, dan setiap orang yang menyeleweng dari manhaj Allah, mengikuti hawa nafsu pada setiap waktu dan tempat, dan mereka tidak pernah mundur kerana cercaan orang yang mencerca.”


CIRI KHAS MEREKA

1. Mereka adalah umat yang baik dan jumlahnya sangat sedikit, yang hidup di tengah umat yang sudah rosak dari segala sisi. Rasulullah bersabda :

“Berbahagialah orang yang asing itu (mereka adalah) orang-orang baik yang berada di tengah orang-orang yang jahat. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada orang yang mengikuti mereka.” (Sahih, Hadis Riwayat Ahmad)

Ibnul-Qoyyim dalam kitabnya Madarijus Salikin 3/199-200, berkata : “Ia adalah orang asing dalam agamanya dikeranakan roisaknya agama mereka, asing pada berpegangnya dia terhadap sunnah dikeranakan berpegangnya manusia terhadap bid’ah, asing pada keyakinannya dikeranakan telah rosak keyakinan mereka, asing pada solatnya dikeranakan jelek solat mereka, asing pada jalannya dikeranakan sesat dan rosaknya jalan mereka, asing pada nisbahnya dikeranakan rosaknya nisbah mereka, asing dalam pergaulannya bersama mereka dikeranakan bergaul dengan apa yang tidak diinginkan oleh hawa nafsu mereka”.

Kesimpulannya, dia asing dalam urusan dunia dan akhiratnya, dan dia tidak menemukan seorang penolong dan pembela. Dia sebagai orang yang berilmu ditengah orang-orang jahil, pemegang sunnah di tengah ahli bid’ah, penyeru kepada Allah dan RasulNya di tengah orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah, penyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran di tengah kaum dimana yang ma’ruf menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma’ruf”.

Ibnu Rajab dalam kitab Kasyfu Al Kurbah Fi Wasfi Hal Ahli Gurbah hal 16-17 mengatakan : “Fitnah syubhat dan hawa nafsu yang menyesatkan inilah yang telah menyebabkan berpecahnya ahli kiblat menjadi berkeping-keping. Sebagian mengkafirkan yang lain sehingga mereka menjadi bermusuh-musuhan, berpecah-belah, dan berparti-parti yang dulunya mereka berada di atas satu hati. Dan tidak ada yang selamat dari semuanya ini melainkan satu kelompok. Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah : “Dan terus menerus sekelompok kecil dari umatku yang membela kebenaran dan tidak ada seorangpun yang mampu memudharatkannya siapa saja yang menghinakan dan menyelisihi mereka, sampai datangnya keputusan Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu”.

2. Mereka adalah orang yang berada di akhir zaman dalam keadaan asing yang telah disebutkan dalam hadis, yaitu orang-orang yang memperbaiki ketika rosaknya manusia. Merekalah orang-orang yang memperbaiki apa yang telah dirosak oleh manusia dari sunnah Rasulullah. Merekalah orang-orang yang lari dengan membawa agama mereka dari fitnah. Mereka adalah orang yang sangat sedikit di tengah-tengah kabilah dan terkadang tidak didapati pada sebuah kabilah kecuali satu atau dua orang, bahkan terkadang tidak didapati satu orang pun sebagaimana permulaan Islam.

Dengan dasar inilah, para ulamak menafsirkan hadits ini. Al-Auza’i mengatakan tentang sabda Rasulullah : “Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing”. "Adapun Islam itu tidak akan pergi akan tetapi Ahlus-Sunnah yang akan pergi sehingga tidak tersisa di sebuah negeri melainkan satu orang”. Dengan makna inilah didapati ucapan salaf yang memuji sunnah dan mensifatinya dengan asing dan mensifati pengikutnya dengan kata sedikit. (Lihat Kitab Ahlul-Hadis Hum At Thoifah Al-Mansurah hal 103-104)

Demikianlah sunnatullah para pengikut kebenaran. Sepanjang perjalanan hidup selalu dalam prosentase yang sedikit. Allah berfiman :

“Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”.

Dari pembahasan yang singkat ini, jelas bagi kita siapakah yang dimaksud dengan Ahlus-Sunnah dan siapa-siapa yang bukan Ahlus-Sunnah yang hanya penamaan semata. Benarlah ucapan seorang penyair mengatakan :

Semua orang mengaku telah menggapai si Laila, Akan tetapi si Laila tidak mengakuinya.

Ahlus-Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman, amalan dan dakwah salafus-solih.


Dikutip dari http://www.asysyariah.com/
Penulis : Al Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An Nawawi,
Judul Asli: Siapakah Ahlus Sunnah?


Diarsipkan pada: http://qurandansunnah.wordpress.com/


http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/04/18/ahlus-sunnah/


Diedit oleh Ibnu Hasan Al-Amin.

No comments: